Senin, 04 Januari 2010

ABSTRAKSI

Chairudin Harum Dani 20204199

“PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK PAKAIAN POLISI PADA UD. BINTANG MAHARANI”

.

PI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma,2009.

Kata Kunci : Perhitungan Harga Pokok Produksi Pesanan Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual. Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.

( x + 46 halaman )

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.

Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu.

Penentuan harga pokok produk yaitu untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa.

Pengendalian biayaPengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Akuntansi biaya untuk tujuan pengendalian biaya ini lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak dalam perusahaan.

Pengambilan keputusan khusus yaitu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi yang akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang (Future Cost).

Jadi akuntasi biaya adalah informasi akuntansi yang akan digunakan dalam membantu untuk menentukan harga jual suatu produk barang, dan dalam PI kami membahas akuntansi biaya untuk menentukan harga jual suatu produk




KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini dengan baik dan tepat waktunya.

Penyusun penulisan ilmiah yang berjudul “PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK PAKAIAN POLISI PADA UD. BINTANG MAHARANI”

Ini dimaksud untuk memenuhi persyaratan akademik dalam menyelesaikan jenjang Setara Sarjana Muda Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Dalam penyusunan penulisan ilmiah ini, penulis mendapat bimbingan,dan bantuan dari berbagai pihak sehinga penulisan ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. E.S. Margianti, SE, MM, selaku Rektor Universitas Gunadarma.

2. Bapak Dr. Toto Sugiharto, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

3. Ibu Dr. Rr. Dharma Tintri E, SE, Ak, MBA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma.

4. Ibu Fettiana Gianadevi, Skom, MMSI, selaku kepala bagian sidang PI Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

5. Ibu Dionysia Kowanda, SE, M. SI, selaku Dosen Pembimbing yang baik hati dan sangat membantu saya dalam menyusun penulisan saya ini.

6. Bapak Harmono selaku pimpinan UD. Bintang Maharani.

7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dorongan dan semangat baik moril maupun materil.

8. Terima kasih untuk : Nurandana, Kurniawan, Vinci, dan Teguh Saputra, selaku sahabat saya yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam Penulisan Ilmiah ini.

9. Rekan-rekan kuliah yang tidak bisa disebutkan satu persatu, khususnya kelas EB 09 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma angkatan 2004.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan penulisan ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun, agar dalam penyusunan penulisan berikutnya akan dapat lebih baik.

Akhir kata dan harapan penulis semoga penyusunan penulisan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan bagi para mahasiswa pada khususnya.

Jakarta, November 2009

Penulis

( Chairudin Harum Dani )

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... ii

ABTRAKSI ........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI............................................................................................................... vi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang Masalah...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2

1.3 Batasan Masalah................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 2

1.5 Metode Penelitian................................................................................ 2

1.6 Sistematika Penulisan........................................................................... 4

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Harga Pokok....................................................................... 5

2.2 Penggolongan Biaya.............................................................................. 5

2.3 Unsur-unsur Produksi........................................................................... 7

2.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi............................................ 8

2.4.1 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi-Full Costing.............. 9

2.4.2 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi-Variable …............ 10

2.5 Cara Mencari Tarif BOP.................................................................... 11

2.6 Penentuan Harga Jual.......................................................................... 11

2.7 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi..................................... 12

2.8 Karakteristik Perusahaan Produksinya Berdasarkan Pesanan............... 14

2.9 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan........................ 14

2.10 Metode Penentuan Harga Jual.............................................................. 17

2.10.1 Penentuan Harga Jual Cost – Plus Pricing Dengan

Pendekatan Full Costing ........................................................ 17

2.10.2 Laba yang Diharapkan............................................................ 18

BAB III: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat Perusaahaan............................................................ .... 23

3.2 Struktur Organisasi Perusahaan............................................................. 23

3.3 Proses Produksi Perusahaan.................................................................. 25

BAB IV : PEMBAHASAN

4.1 Klasifikasi Biaya.................................................................................. 27

4.2 Unsur-Unsur Biaya Pesanan dan Non Produksi.................................... 27

4.3 Depresi / Penyusutan........................................................................... 29

4.4 Harga Pokok Produksi Pesanan Menurut Perusahaan........................... 31

4.5 Harga Pokok Pesanan Menurut Full Costing........................................ 36

4.6 Perhitungan Harga Jual Menurut Metode Cost-Plus Pricing

Dengan Pendekatan Full Costing ......................................................... 42

4.7 Analisis Perhitungan............................................................................. 43

BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan........................................................................................... 45

5.2 Saran-saran........................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi, dunia usaha kita dihadapkan pada persaingan yang ketat. Terlebih lagi bagi para pengusaha kecil dan juga para pengusaha besar. Semakin menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia mengakibatkan konsumen lebih selektif dalam menjalankan uangnya. Dengan keadaan seperti itu secara tidak langsung berpengaruh pula terhadap berbagai kegiatan dalam perusahaan, terutama dalam hal penerimaan laba.

Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur mengharapkan juga keuntungan berupa kepercayaan dan kepuasan konsumen atas barang-barang hasil produksinya. Produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan tidaklah terjadi dengan sendirinya. Produk tersebut merupakan suatu hasil kegiatan usaha dari suatu sistem produksi yang direncanakan. Untuk produk tersebut biaya-biaya yang diperlukan telah dirinci dan ditetapkan oleh perusahaan. Atas dasar ini maka perusahaan menentukan harga pokok produksi.

Peranan penentuan harga pokok produksi bagi perusahaan sangatlah penting, penentuan harga pokok produksi selain untuk menentukan harga jual yang dibebankan pada konsumen juga untuk melanjutkan kelangsungan hidup perusahaan.

Berbagai faktor seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang digunakan mempengaruhi harga pokok produksi. Dalam menentukan harga pokok produksi harus menyesuaikan tingkat kemampuan konsumen dengan penentuan laba yang diinginkan perusahaan. Jika harga terlalu tinggi maka kemungkinan konsumen akan membatalkan pembeliannya. Sebaliknya jika harga terlalu rendah akan mengakibatkan perusahaan mengakibatkan kerugian.

Penentuan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan bermanfaat untuk menentukan laba/rugi sehingga perlu ditangani dengan baik.

Dengan melihat pentingnya penentuan harga pokok produksi bagi pihak perusahaan dalam rangka kelangsungan hidup perusahaan maka penulis memilih judul :

“PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK PAKAIAN POLISI PADA UD. BINTANG MAHARANI”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah ini mengenai harga pokok produksi yang dihitung dalam penulisan ini apakah memiliki selisih yang siginifikan dengan perhitungan perusahaan yang selama ini dilakukan untuk menentukan harga jual produk. Penulis menentukan rumusan masalah:

“Apakah terjadi perbedaan yang signifikan dari penentuan harga jual yang ditetapkan perusahaan dengan yang ditetapkan penulis?”

1.3. Batasan Masalah

1. Pada penulisan ilmiah ini penulis ingin mengetahui perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan dengan nomor kartu pesanan A-101 dengan jenis produk pakaian polisi pria sebanyak 3200 stel untuk periode April 2007. Dalam penentuan harga pokok produksi, penulis menggunakan pendekatan full costing.

2. Penentuan Harga jual memakai metode Cost Plus dengan mendasarkan biaya sebagai dasar penentuan harga jual dengan mark up.

1.4. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan ini ada beberapa tujuan yang akan dicapai yaitu:

1. Mengumpulkan dan mengklasifikasi seluruh komponen biaya produksi yang akan diperhitungkan sebagai Harga Pokok Produksi.

2. Menghitung Harga Pokok Produksi produk sesuai dengan Full Costing.

3. Menghitung harga jual yang seharusnya ditentukan perusahaan berdasarkan biaya penuh yang dihitung.

1.5. Metode penulisan

Untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penulisan ilmiah ini penulis menggunakan dua metode penulisan, yaitu :

a. Metode Lapangan (field research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara memonitor langsung suatu bidang usaha yang bersangkutan dan juga melakukan wawancara dengan pemilik usaha serta melakukan studi lapangan untuk mendapatkan data-data yang akurat.

b. Metode Kepustakaan (library research)

Yaitu penelitian yang dilakukan melalui perpustakaan yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku (literature) yang berhubungan dengan masalah yang ada dalam membantu memecahkan masalah.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan ilmiah ini penulis menggunakan sistematika yang terdiri dari 5 bab. Adapun setiap bab merupakan gambaran secara singkat yang akan diuraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang pengertian harga pokok,penggolongan biaya, unsur-unsur produksi, metode penentuan harga pokok produksi, metode pengumpulan harga pokok produksi, karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, manfaat informasi harga pokok produksi perpesanan.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah singkat perusahaan, tujuan perusahaan, struktur organisasi dan penjelasan yang lain mengenai perusahaan tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang biaya produksi, Biaya non Produksi, penentuan harga pokok pesanan dan harga jual menurut perusahaan, penentuan harga pokok pesanan dan harga jual menurut teori.

BAB V PENUTUP

Dari uraian bab empat, penulis akan memberikan suatu kesimpulan dan saran yang kiranya dapat memberi manfaat bagi perusahaan tersebut.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian harga pokok

Harga pokok merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan harga jual suatu barang yang dihasilkan, berikut ini akan penulis uraikan beberapa pendapat mengenai pengertian harga pokok antara lain :

Menurut Mulyadi ( 1999,10 ) “Harga pokok adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.”

Sedangkan menurut Mardiasmo ( 1994,9 ) “ harga pokok adalah penggunaan berbagai sumber ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan produk atau memperoleh aktiva.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa harga pokok adalah berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan guna menghasilkan produk atau memperoleh aktiva.

2.2 Penggolongan biaya

Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam mencapai tujuannya, dan ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai. Biaya dapat digolongkan menurut :

1. Mulyadi ( 1999,14 ) dapat digolongkan menurut :

A. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu :

a) Biaya produksi

Merupakan biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.Contoh-contoh biaya yang tergolong dalam biaya produksi adalah :

- Biaya depresiasi

- Biaya bahan baku dan penolong

- Biaya tenaga kaerja langsung dan tidak langsung

b) Biaya pemasaran

Biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

c) Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Jumlah biaya pemasaran dan biaya umum sering disebut biaya komersial ( Commercial expance ).

B. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu Yang dibiayai. Sesuatu yang dibiayai berupa produk dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi :

a) Biaya Langsung ( direct cost )

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiaya tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b) Biaya tidak Langsung ( indirect cost )

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsungnya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

C. Penggolongan biaya menurut prilakunya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan volume. Biaya dapat digolongkan menjadi :

a) Biaya tetap

Biaya yang jumlah totalnya tetap atau konstan dalam kisar volume kegiatan tertentu.

b) Biaya Variabel

Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan Volume kegiatan.

c) Biaya semi Variabel

Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan Volume kegiatan.

d) Biaya Semi Fixed

Biaya yang tetap untuk tingkat Volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

2. Adolph, Milton F. Usry, L.H. Hammer

Biaya dapat digolongkan sesuai hubungannya dengan produk :

A. Biaya pabrikasi sering juga disebut biaya produksi adalah jumlah dari tiga unsur biaya yaitu :

a) Biaya langsung ( direct cost ) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan dapat yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk.

b) Tenaga kerja langsung ( direct labor ) Adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi.

c) Overhead pabrik ( faktory overhead ) adalah biaya dari bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke produk tertentu.

B. Biaya komersial dibagi dua kelompok :

a) Beban pemasaran dimulai pada saat biaya pabrik berakhir yaitu pada saat proses pabrikasi diselesaikan dan barang-barang yang sudah dalam kondisi siap untuk dijual.

b) Beban administrasi meliputi beban yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi.

2.3 Unsur-unsur produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi, baik langssung maupun tidak langsun yang berhubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi terbagi menjadi tiga unsur yaitu:

1. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari biaya bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk.Bahan yang diolah dapat dipisahkan menjadi bahan baku dan bahan penolong.

a) Bahan baku merupakan bahan yang dapat didefinisikan dengan produk yang dihasilkan, nilainya relatif besar dan umumnya sifat bahan baku masih melekat pada produk yang dihasilkan.

b) Bahan penolong meliputi bahan yang berfungsi sebagai pembantu atau pelengkap dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai dan nilainya relatif kecil.

2. Biaya Tenaga Kerja

a) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang manfaatnya dapat identifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.

b) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Balas jasa yang diberikan kepada karyawan, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan atau diikuti pada produk tertentu yang dihasilkan oleh perusahaan.

3. Biaya overhead pabrik ( BOP )

Biaya overhead pabrik adalah semua elemen biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang meliputi :

a. Biaya bahan baku penolong

b. Biaya tenaga kerja tidak langsung

c. Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik

d. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik

e. Biaya listrik dan air

2.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Menurut Muyadi ( 1999, ) dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan, yaitu :

2.4.1. Full Costing

Merupakan metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua unsur biaya kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berprilaku variabel maupun yang berprilaku tetap. Dan juga ditambah dengan biaya non produksi yang terdiri dari biaya Administrasi & umum dan biaya pemasaran.

Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Full Costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku xxxxx

Biaya tenaga kerja langsung xxxxx

Biaya overhead pabrik variabel xxxxx

Biaya overhead pabrik tetap xxxxx +

Harga pokok produksi xxxxx

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan Full Costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

Biaya bahan baku xxxxx

Biaya tenaga kerja langsung xxxxx

Biaya overhead pabrik variabel xxxxx

Biaya overhead pabrik tetap xxxxx +

Harga pokok produksi xxxxx

Biaya administrasi dan umum xxxxx

Biaya pemasaran xxxxx +

Biaya nonproduksi xxxxx +

Total harga pokok produk xxxxx

2.4.2. Variabel costing

Merupakan metode penentuan Harga Pokok Produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku Variabel kedalam Harga Pokok Produksi, yang terdiri dari Biaya Bahan Baku, Biaya tenaga kerja langsung, dan Biaya Overhead Pabrik Variabel. Harga Pokok Produk yang dihitung dengan pendekatan Variabel Costing terdiri dari unsur Harga Pokok Produksi Produksi Variabel ditambah dengan biaya non produksi variabel ( Biaya Overhead Pabrik tetap, Biaya administrasi dan umum tetap).

Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode Variable Costing terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut ini:

Biaya bahan baku xxxxx

Biaya tenaga kerja variabel xxxxx

Biaya overhead pabrik variabel xxxxx +

Harga pokok produksi xxxxx

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan Variable Costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).

Biaya bahan baku xxxxx

Biaya tenaga kerja variabel xxxxx

Biaya overhead pabrik variabel xxxxx +

Harga pokok produksi variabel xxxxx

Biaya administrasi dan umum variabel xxxxx

Biaya pemasaran variabel xxxxx+

Biaya nonproduksi variabel xxxxx

Biaya overhead pabrik tetap xxxxx

Biaya administrasi dan umum tetap xxxxx

Biaya pemasaran tetap xxxxx +

Biaya tetap xxxxx +

Total harga pokok produk xxxxx

2.5 Cara Mencari Tarif BOP

Biaya overhead pabrik terbagi menjadi dua bagian yaitu Biaya Overhead Pabrik Variabel dan Biaya Overhead Pabrik. BOP variabel terdiri dari biaya listrik, Biaya telepon, dan biaya reparasi mesin. Untuk BOP tetap terdiri dari BTKL, biaya abodemen listrik, biaya abodemen telepon, biaya reparasi gedung, biaya mesin dan peralatan.

Dalam mencari BOP juga membutuhkan tarif biaya yang diperlukan karena beberapa alasan dibawah ini :

a) Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi sering kali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok pesanan produk yang dihasilkan dari bulan satu ke bulan laninnya.

b) Dalam perusahaan yang menghitung HPP dengan menggunakan metode harga produk pesanan,manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi persatuan pada saat pesanan selesai dikerjakan.

Rumus

Tarif BOP = Taksiran BOP / bulan

Dasar Pembebanan / bulan (jam mesin)

2.6 Penentuan Harga Jual

Menurut Mulyadi (1999,42) harga jual akan dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu, dengan formula sebagai berikut :

Biaya produksi untuk pesanan xxxxx

Biaya non poduksi yang dibebankan kepada pemesan xxxxx+

Total biaya pesanan atau harga jual produk xxxxx

Laba yang diharapkan dari Harag Pokok Produk xxxxx+

Harga jual yang dibebankan kepada pemesan xxxxx

Dari formula tersebut terletak bahwa informasi taksiran biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memprodusi pesanan yang diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai salah satu untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsure-unsur biaya berikut :

Biaya Bahan Baku xxxxx

Biaya Tenaga Kerja Langsumg xxxxx

Biaya Overhead Pabrik xxxxx+

Biaya Produksi xxxxx

2.7 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

1. Metode Harga Pokok Pesanan ( Job Order Cost Method )

Menurut Mulyadi metode Harga Pokok Pesanan adalah :

“ Biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi persatuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi

untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan “.

Karekteristik metode Harga Pokok Pesanan yang digunakan perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan adalah :

a) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pesanan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

b) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

c) Biaya produksi langsung terdiri dari Biaya Bahan Baku dan Biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah BOP.

d) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai Harga Pokok Pesanan tertentu berdasarkan biayaa yang sesungguhnya terjadi, sedangkan Biaya Overhead Pabrik diperhitungkan kedalam Harga Pokok Pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

e) Harga Pokok Produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi.

HPP perunit = Jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan

Jumlah unit yang dihasilkan dalam pesanan

Menurut Mas’ ud Metode Harga Pokok Pesanan adalah

“ Menentukan Harga Pokok Produksi per unit dengan cara mengumpulkan seluruh biaya produksi untuk setiap pesanan, sesudah biaya tiap pesanan bisa ditentukan biaya produksi per unit dengan membagi biaya produksi per pesanan dengan unit yang dipesan.”

Karakteristik Harga Pokok Pesanan :

a) Biaya satu pesanan bisa berbeda dengan pesanan yang lain

b) Biaya per unit satu pesanan berbeda dengan pesanan yang lain

c) Biaya produksi bisa ditentukan begitu pesanan selesai

d) Biaya produksi dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi satu pesanan dengan unit yang dipesan.

e) Tiap pesanan mempunyai karakteristik yang berbeda.

2. Metode Harga Pokok Proses / produksi

Menurut Mulyadi metode harga pokok proses adalah

“Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.”

Karakteristik metode Harga Pokok Proses :

a) Produksi yang dihasilkan merupakan produk standar

b) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama

c) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu

Menurut Mas’ud metode Harga Pokok Proses adalah :

“Seluruh biaya produksi dikumpulkan dalam suatu tempat dan penentuan Harga Pokok Proses per unit dihitung dengan jumlah unit yang diproduksi ditempat tersebut.”

Karakteristik metode Harga Pokok Proses adalah :

a) Perusahaan memproduksi produk secara massa

b) Perusahaan memproduksi produk secara terus menerus ( continue )

c) Produk satu dengan lainnya dalam departemen produksi yang sama mempunyai kualitas dan bentuk relatif yang sama

d). Jadi perhitungan HPP persatuannya :

= Total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu

Jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode tertentu

Metode Harga Pokok Proses yang digunakan oleh suatu perusahaan yang melakukan produksinya secara terus menerus atau disebut juga dengan produksi massa, yang produksinya ditujukan untuk mengisi persediaan digudang.

2.8 Karakteristik Perusahaan Produksinya Berdasarkan Pesanan

Perusahaan yang produksinya mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan menurut

Mulyadi ( 1999,40 ) sebagai berikut :

1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus putus. Jika pesanan yang selesai

dikerjakan, proses produksi dihentikan, dan mulai dengan pesanan berikutnya.

2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan

3. Poduk ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang.

2.9 Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi Per Pesanan

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga Pokok Pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarrkan spesifkasi yang ditentukan oleh pemesan, dengan demikian biaya produksi yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

Formula untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan adalah sebagai berikut

PENENTUAN HARGA JUAL

Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp xxxxx

Taksiran biaya non produksi yang dibebankan Rp xxxxx+

Taksiran total biaya pesanan Rp xxxxx

Laba yang diinginkan Rp xxxxx +

Taksiran harga jual yang dibebankan pemesan Rp xxxxx

Dari formula tersebut terlihat taksiran biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur-unsur biaya berikut ini :

a. Taksiran biaya bahan baku Rp xxxxx

b. Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxxxx

c. Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxxxx +

Taksiran biaya produksi Rp xxxxx

2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan

Adakalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk dipasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pesanan yang akan diterima tersebut. Informasi total harga pesanan memberikan dasar perlindungan bagi manajemen agar di dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian. Total Harga Pokok Pesanan dihitung dengan unsur biaya berikut ini :

HARGA POKOK PESANAN

Biaya produksi pesanan :

Taksiran biaya bahan baku Rp xxxxx

Taksiran biaya tenaga kerja Rp xxxxx

Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxxxx +

Taksiran total biaya produksi Rp xxxxx

Biaya non produksi :

Taksiran biaya administrasi & umum Rp xxxxx

Taksiran biaya pemasaran Rp xxxxx +

Taksiran total biaya non produksi Rp xxxxx +

Taksiran total harga pokok pesanan Rp xxxxx

3. Memantau realisasi biaya produksi

Pengumpulan biaya produksi per pesanan dilakukan dengan menggunakan metode Harga Pokok Pesanan. Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan dengan formula berikut ini :

PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI SESUNGGUHNYA

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xxxxx

Biaya tenega kerja sesungguhnya Rp xxxxx

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxxxx +

Total biaya produksi sesungguhnya Rp xxxxx

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam Proses yang disajikan dalam neraca. Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggung jawaban keuangan periodic, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang dalam tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut manajemen perlu memyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang pada neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya yang melekat pada pesanan telah selesai diproduksi namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan, disajikan dalam neraca sebagai harga Pokok Persediaan produk jadi. Biaya yang melekat pada pemesan yang belum selesai pada tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai Harga Pokok Persediaan produk dalam proses.

2.10 Penentuan Harga Jual Cost-Plus Pricing dengan Pendekatan Full Costing

Seringkali disebut dengan istilah Cost-Plus Pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya di masa yang akan datang dengan suatu persentase Mark-Up ( tambahan diatas jumlah biaya ).

Cost-Plus Pricing adalah penentuan harga jual dengan memasukan semua unsur biaya untuk membuat produk tersebut dengan menambah persentase laba yang diinginkan untuk menutup biaya operasi.

Harga jual berdasarkan Cost-Plus Pricing dihitung dengan rumus seperti yang digunakan untuk menghitung harga jual dalam keadaan normal, yaitu

Harga jual = Taksiran biaya penuh + Persentase Mark-Up

2.10.1 Laba Yang Diharapkan

Dalam keadaan normal harga jual harus mampu menutup biaya penuh dan dapat menghasilkan laba yang diharapkan. Laba yang diharapkan dihitung berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menurut (Carter, William K. 2006). Untuk menetapkan berapa laba wajar yang diharapkan manager penentu harga jual perlu memperhatikan hal sebagai berikut:

a. Cost of Capital

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang dilakukan untuk perusahaan.

b. Risiko Bisnis

Semakin besar resiko bisnis dalam perusahaan maka semakin besar persentase yang ditambahkan pada Cost of Capital dalm memperhitungkan laba yang diharapkan.

c. Besarnya Capital Employed

Jumlah investasi yang ditanamkan untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa merupakan faktor yang menentukan besarnya laba yang diharapkan yang ditentukan dalam harga jual. Semakin besar investasi yang ditanamkan dalam memproduksi dan memasarkan produk, semakin besar pula laba yang diharapkan dalam penentuan harga jual.

Rumus perhitungan harga jual per unit atas dasar biaya secara umum dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Harga jual per unit = Biaya yang berhubungan langsung dengan volume + Persentase Mark-Up (per unit)

Perhitungan Mark-Up:

Laba Yang Dikehendaki = Persentase Mark-Up x Total Harga Pokok Produksi Pesanan

Tiga konsep biaya yang sering dipakai dalam menerapkan ancangan biaya plus:

a. Jumlah Biaya

Dalam metode jumlah biaya ditambah Mark-Up (Total Cost Plus Mark-Up), semua biaya pabrikasi produk ditambah beban penjualan dan administratifnya dimasukkan ke dalam angka biaya yang terhadapnya Mark-Up ditambahkan. Karena semua biaya dan beban dimasukkan ke dalam angka biaya, maka besarnya rupiah Mark-Up sama dengan laba yang dikehendaki perusahaan.

Persentase Mark-Up untuk jumlah konsep biaya ditetapkan dengan menerapkan rumus berikut:

Persentase Mark-Up = Laba dikendaki

Jumlah biaya

b. Biaya Produk

Dalam metode biaya produk ditambah Mark-Up (Product Cost Plus Mark-Up), hanya biaya pabrikasi produk-yang disebut biaya produk-yang dimasukkan ke dalam angka biaya yang terhadapnya mark-up ditambahkan. Metode ini kadang-kadang disebut metode penentuan harga absorsi (Absorption Pricing). Taksiran beban penjualan, beban administratif, dan laba dimasukkan ke dalam komponen Mark-Up. Persentase Mark-Up ditentukan dengan menerapkan rumus berikut:

Persentase Mark-Up = Laba dikehendaki + Jumlah Beban Penj. Dan Administratif

Jumlah Biaya Pabrikasi

c. Biaya Variabel

Dalam metode biaya variabel ditambah Mark-Up (Variable Cost Plus Mark-Up), hanya biaya variabel saja yang disertakan dalam angka biaya pokok yang terhadapnya Mark-Up ditambahkan. Metode ini juga disebut ancangan penentuan harga kontribusi (Contribution Pricing Approach). Semua biaya pabrikasi variabel serta beban penjualan dan administratif variabel dimasukkan ke dalam angka biaya pokok. Biaya pabrikasi tetap, beban penjualan dan administratif tetap, dan laba dimasukkan dalam komponen Mark-Up.

Persentase Mark-Up ditentukan dengan menerapkan rumus berikut:

Persentase Mark-Up = Laba dikendaki + Jumlah biaya tetap

Jumlah biaya variabel

Mark-Up adalah merupakan jumlah rupiah ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk menentukan harga jual.

Untuk mengikuti logika penetapan harga jual, dibawah ini disajikan laporan laba-rugi yang menggunakan pendekatan Full Costing dalam menentukan harga pokok produksi:

Harga penjualan:

Harga jual per unit X volume Rp xxxxx

Harga pokok penjualan:

Biaya produk per unit X volume Rp xxxxx

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Pertama kali ide untuk mendirikan usaha konveksi ini adalah ide dari Bapak Purn. Harmono yang sekaligus merangkap sebagai pemilik dan pemimpin / direktur usaha konveksi ini. Badan usaha ini didirikan pada tanggal 30 Desember 1993. Maksud didirikannya usaha ini adalah untuk menyalurkan bakat menjahit Bapak Pramono dan untuk menyerap tenaga kerja di lingkungan sekitar. Bapak Harmono menjalankan usaha ini setelah beliau pensiun dari kedinasan POLRI. Dalam menjalankan usahanya beliau dibantu oleh istrinya yang menjabat sebagai wakil pimpinan / direktur. UD. Bintang Maharani beralamat di Jl. Kampung Bali IX RT. 002/ RW. 04 Kel. Tanah Abang, Jakarta Pusat

UD. Bintang Maharani ini tergolong perusahaan menengah. Bidang perdagangan dalam negeri ekspor – impor. Untuk untuk mendirikan usaha konveksi ini Bapak Harmono memulai usahanya dengan modal uang sebesar Rp 25.000.000,- dan memiliki mesin seperti mesin jahit high speed sebanyak 6 unit, mesin obras sebanyak 1 unit, mesin lubang kancing sebanyak 1 unit, mesin pasang kancing sebanyak 1 unit, mesin potong sebanyak 1 unit, setrika uap sebanyak 2 unit dan daya listrik sebesar 22 KWH. Saat didirikan karyawan yang bekerja hanya 8 orang dan sekarang menjadi 40 karyawan. Usaha koveksi ini hanya menerima kontrak / order / pesanan dari berbagai kedinasan seperti POLRI dan TNI untuk membuat pakaian seragam dinas harian.

3.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi sebagaimana yang akan diuraikan dibawah ini merupakan pola organisasi yang dianut oleh UD. Bintang Maharani. Dalam organisasi ini wewenang mengalir dari pimpinan / direktur ke wakilnya kemudian kepada bawahan yang melakukan pekerjaan dalam lapangan kerja masing–masing. Dalam pelaksanaan sehari-hari pemimpin dibantu oleh wakilnya serta dibantu oleh tiga bagian pekerja dibagian di bagian masing-masing seperti bagian pemotong bahan, bagian menyatukan bahan dan bagian menjahit bahan.

Pembagian kerja dalam struktur organisasi konveksi ini dijabarkan sebagai berikut :

1. Pemimpin / direktur

Merupakan pimpinan tertinggi dalam organisasi. Posisi pimpinan dalam struktur organisasi ini merupakan fungsi yang sangat penting dalam menjaga dan mengembangkan kontinuitas usaha perusahaan. Selain motor penggerak dan pengendalian aktivitas usaha perusahaan maka segala keputusan yang diambil dalam rangka pelaksanaan tugas dari perusahaan harus mendapat persetujuan dari direktur / pimpinan.

2. Wakil pimpinan

Dalam struktur organisasi ini wakil direktur / pimpinan merangkap sebagai bagian tata usaha, bagian urusan dalam dan bagian keuangan dan pembukuan yang mempunyai tugas masing-masing antara lain :

  1. Bagian Tata Usaha

Bertugas untuk menangani kegiatan konveksi sehari-hari, seperti mengawasi dan menangani surat-menyurat.

  1. Bagian Urusan Dalam

Bertugas menangani kegiatan yang menunjang operasi / jalannya aktivitas produksi.

  1. Bagian Keuangan dan Pembukuan

Bertugas untuk menerima dan mengeluarkan uang atau cheque serta menyiapkan semua administrasi yang berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran uang atau cheque. Setiap transaksi yang terjadi diselenggarakan dalam buku besar, memo, jurnal, membuat rekonsiliasi bank, dan terakhir membuat laporan keuangan setiap tahun.

3. Bagian Pemotong Bahan

Dalam bagian ini karyawan bertugas memotong bahan yang sebelumnya sudah dibuat pola gambar pakaian menurut ukurannya.

4. Bagian Menyatukan Bahan

Dalam bagian ini karyawan bertugas menyatukan bahan pakaian yang dipotong menjadi bagian-bagian kesatuan pakaian.

5. Bagian Menjahit Bahan

Dalam bagian ini karyawan bertugas menjahit bagian-bagian kesatuan pakaian agar menjadi pakaian jadi sesuai pesanan.

Secara Skematis Struktur Organisasi UD. Bintang Maharani dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1

Struktur Organisasi UD. Bintang Maharani


Sumber : UD. Bintang Maharani

3.3 Proses Produksi Perusahaan

Proses produksi UD. Bintang Maharani dimulai pada saat diterimanya pesanan dari langganan / pemesan. Pesanan dispesifikasi dan dikenakan harga jual yang telah ditetapkan dimuka. Dalam hal ini harga jual yang telah ditetapkan dimuka tidak diperhitungkan biaya atas produk yang rusak selama proses produksi. Bila ada produk yang rusak, maka seluruhnya menjadi tanggung jawab perusahaan.

Setelah pesanan diterima maka bagian produksi dan bagian transportasi mulai melakukan penyediaan bahan baku untuk produk yang dipesan. Selanjutnya dilakukan proses produksi pembuatan pakaian dinas harian polisi pria yang terdiri dari :

1. Bagian Pembuatan Pola

Bagian ini merupakan cara pertama yang dilakukan dalam proses produksi untuk menentukan ukuran dan bentuk yang sesuai dengan pesanan.

2. Bagian Seleksi Bahan

Pada bagian ini bahan / kain yang sudah ada dipilih dahulu (tidak cacat) kemudian diukur sesuai pola gambar yang dibuat sebelumnya.

3. Bagian Menyusun Bahan

Yaitu bahan-bahan / kain yang telah diukur sebelumnya ditumpuk menjadi 10 tumpukan atau dijadikan satu.

4. Bagian Pemotongan Bahan

Yaitu proses pemotongan bahan yang ditumpuk jadi satu dan dipotong dengan alat pemotong bahan / kain secara bersamaan sesuai pola dan bentuk.

5. Bagian Obras

Yaitu proses menjahit pinggiran bahan / kain yang akan digunakan atau dipakai agar terlihat lebih rapih.

6. Bagian Sortir Bahan

Yaitu proses memilah bagian-bagian dari pakaian yang kemudian dipisah.

7. Bagian Penjahitan

Yaitu proses untuk menyatukan pilahan-pilahan bagian dari pakaian menjadi satu dengan mengerjakan penjahitan sampai menjadi pakaian jadi.

8. Bagian Finishing

Yaitu proses melipat dan membuang benang yang tersisa dijahitan pakaian.

Setelah proses produksi selesai dilaksanakan produk diserahkan pada bagian packing untuk dimasukkan ke dalam peti penyimpanan produk agar tidak rusak kemudian diserahkan pada pemesan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Klasifikasi Biaya

Dalam bab ini, penulis akan menyajikan perhitungan harga pokok pesanan dengan metode Full Costing yang mana dalam penyelenggaraan pencatatan akuntansi dan pencatatan klasifikasi biaya-biayanya yang ada dalam UD. Bintang Maharani adalah biaya produksi dan biaya nonproduksi. Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur mengharapkan juga keuntungan berupa kepercayaan dan kepuasan konsumen atas barang-barang hasil produksinya. Produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan tidaklah terjadi dengan sendirinya. Produk tersebut merupakan suatu hasil kegiatan usaha dari suatu sistem produksi yang direncanakan. Untuk produk tersebut biaya-biaya yang diperlukan telah dirinci dan ditetapkan oleh perusahaan. Atas dasar ini maka perusahaan menentukan harga pokok produksi.

Biaya-biaya yang mengandung dalam unsur produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik digolongkan ke dalam produksi, sedangkan biaya pemasaran dan biaya administrasi umum digolongkan ke dalam biaya nonproduksi. Dalam menentukan harga pokok produksi harus menyesuaikan tingkat kemampuan konsumen dengan penentuan laba yang diinginkan perusahaan.

4.2 Unsur-Unsur Biaya Pesanan dan Nonproduksi

a. Biaya Bahan Baku

Dalam memproduksi 3.200 stel PDH polisi pria bahan baku yang digunakan perusahaan terdiri dari:

1. Bahan kain PR 6535 warna coklat muda ( 4000 meter ).

2. Bahan kain PR 6535 warna coklat tua ( 4800 meter ).

3. Bahan puring ( 800 meter )

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Dalam memproduksi 3.200 stel PDH polisi pria tenaga kerja yang digunakan terdiri dari:

1. Bagian Pemotongan Bahan ( 2 karyawan ).

2. Bagian Penjahitan ( 10 karyawan ).

c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Dalam memproduksi 3.200 stel PDH polisi pria tenaga kerja yang digunakan terdiri dari :

1. Bagian Mekanik ( 1 karyawan ).

2. Bagian Sampel ( 2 karyawan ).

d. Biaya Overhead Pabrik ( Tetap )

Dalam memproduksi 3.200 stel PDH polisi pria biaya overhead pabrik tetap yang digunakan terdiri dari:

1. Depresiasi Komputer ( 2 unit ).

2. Depresiasi Mesin Jahit Jarum ( 10 unit ).

3. Depresiasi Mesin Jahit Jarum Otomatis ( 10 unit ).

4. Depresiasi Mesin Lubang Kancing ( 3 unit ).

5. Depresiasi Mesin Pasang Kancing ( 3 unit ).

6. Depresiasi Mesin Obras ( 3 unit ).

7. Depresiasi Mesin Potong ( 2 unit ).

8. Depresiasi Setrika Steam ( 5 unit ).

e. Bahan Penolong

Dalam memproduksi 3.200 stel PDH polisi pria bahan penolong yang digunakan terdiri dari:

1. Resleting.

2. Kancing.

3. Kancing hak.

4. Benang jahit.

5. Benang obras.

6. Label produksi.

7. Gunting.

f. Biaya Nonproduksi

Dalam memproduksi 3.200 stel PDH polisi pria biaya nonproduksi yang digunakan terdiri dari:

1. Bagian Keuangan ( 2 karyawan ).

2. Bagian Administrasi ( 1 karyawan ).

3. Bagian Gudang ( 3 karyawan ).

4. Bagian Packing / Finishing ( 2 karyawan ).

5. Bagian Driver ( 1 karyawan ).

4.3 Depresiasi / Penyusutan

Dalam menghitung penyusutan pada mesin-mesin yang ada, perusahaan menggunakan metode garis lurus, yaitu harga perolehan dikurangi nilai residu dibagi dengan umur ekonomis.

Rumus:

Harga Perolehan – Nilai Residu

Umur Ekonomis


Tabel 4.1

Depresiasi Perusahaan

Jenis Mesin

Harga Perolehan / Jenis Barang

Umur Ekonomis

Komputer

Rp 7.000.000

4 tahun ( 48 bulan )

Mesin Jahit Jarum

Rp 12.000.000

4 tahun ( 48 bulan )

Mesin Jahit Jarum Otomatis

Rp 65.000.000

4 tahun ( 48 bulan )

Mesin Lubang Kancing

Rp 42.000.000

5 tahun ( 60 bulan )

Mesin Pasang Kancing

Rp 36.000.000

5 tahun ( 60 bulan )

Mesin Obras

Rp 4.650.000

3 tahun ( 36 bulan )

Mesin Potong

Rp 4.000.000

4 tahun ( 48 bulan )

Setrika Steam

Rp 8.860.000

3 tahun ( 36 bulan )

Tabel 4.2

Perhitungan Depresiasi / Penyusutan Mesin

Per Bulan April 2007

Jenis Mesin

Harga Perolehan / Jenis Barang

Umur Ekonomis

Nilai Residu

Depresiasi per bulan

Komputer

Rp 7.000.000

4 th ( 48 bln )

Rp 1.000.000

Rp 125.000

Mesin Jahit Jarum

Rp 12.000.000

4 th ( 48 bln )

Rp 390.000

Rp 241.875

Mesin Jahit Jarum OTM

Rp 65.000.000

4 th ( 48 bln )

Rp 11.483.111

Rp 1.114.935,2

Mesin Lubang Kancing

Rp 42.000.000

5 th ( 60 bln )

Rp 9.800.000

Rp 536.666,7

Mesin Pasang Kancing

Rp 36.000.000

5 th ( 60 bln )

Rp 8.100.000

Rp 465.000

Mesin Obras

Rp 4.650.000

3 th ( 36 bln )

Rp 1.500.000

Rp 87.500

Mesin Potong

Rp 4.000.000

4 th ( 48 bln )

Rp 1.400.000

Rp 54.166,7

Setrika Steam

Rp 8.860.000

3 th ( 36 bln )

Rp 1.772.000

Rp 196.888,9

Jumlah

Rp 2.822.032,5

Berdasarkan rumus tersebut diatas maka biaya penyusutan ( untuk mesin komputer, mesin jahit jarum, mesin jahit jarum otomatis, mesin lubang kancing, mesin pasang kancing, mesin obras, mesin potong, dan setrika steam ) adalah sebagai berikut.

· Biaya penyusutan komputer / bln : Rp 7.000.000 – Rp1.000.000

48 bulan

= Rp 125.000 / bulan

· Biaya penyusutan mesin jahit jarum / bln : Rp 12.000.000 – Rp 390.000

48 bulan

= Rp 241.875 / bulan

· Biaya penyusutan mesin jahit jarum otm / bln : Rp 65.000.000 – Rp 11.483.111

48 bulan

= Rp 1.114.935,2 / bulan

· Biaya penyusutan mesin lubang kancing / bln : Rp 42.000.000 – Rp 9.800.000

60 bulan

= Rp 536.666,7 / bulan

· Biaya penyusutan mesin pasang kancing / bln : Rp 36.000.000 – Rp 8.100.000

60 bulan

= Rp 465.000 / bulan

· Biaya penyusutan mesin obras / bln : Rp 4.650.000 – Rp 1.500.000

36 bulan

= Rp 87.5000 / bulan

· Biaya penyusutan mesin potong / bln : Rp 4.000.000 – Rp 1.400.000

48 bulan

= Rp 54.166,7 / bulan

· Biaya penyusutan setrika steam / bln : Rp 8.860.000 – Rp 1.772.000

36 bulan

= Rp 196.888,9 / bulan

4.4 Harga Pokok Produksi Pesanan Menurut Perusahaan

UD. Bintang Maharani dalam menentukan harga jual produk mengacu pada perhitungan biaya-biaya yang terjadi dalam pembuatan produk dikalikan dengan persentase laba yang dikehendaki.

Pada saat penelitian ini dilakukan, pihak perusahaan menetapkan persentase laba sebesar 20 % dari total biaya pesanan. Ini berarti, perusahaan menetapkan harga jual produk 20 % lebih besar dari harga pokok pesanan dimana pengeluaran-pengeluaran untuk produk tersebut terjadi.

Berikut ini penentuan harga menurut UD. Bintang Maharani yang mendapat pesanan berupa pakaian dinas harian (PDH) polisi pria sebanyak 3.200.

Tabel 4.3

Biaya Bahan Baku

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Biaya Bahan Baku

Jumlah ( Rp )

Bahan kain PR 6535 (1,25 m * 3.200) warna coklat muda

4.000 m @ Rp 22.000

Rp 88.000.000

Bahan kain PR 6535 (1,50 m * 3.200) warna coklat tua

4.800 m @ Rp 22.000

Rp 105.600.000

Bahan puring 800 m @ Rp 10.000

Rp 8.000.000

JUMLAH

Rp 201.600.000

Tabel 4.4

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Jumlah ( Rp )

Bagian Administrasi ( 1 karyawan x Rp 800.000 / 3200 Stel )

Rp 800.000

Bagian Pemotongan ( 2 karyawan x Rp 950.000 / 3200 Stel )

Rp 1.900.000

Bagian Penjahitan ( 10 karyawan x Rp 800.000 / 3200 Stel )

Rp 8.000.000

Bagian Finishing / Packing ( 2 karyawan x Rp 800.000 / 3200 Stel )

Rp 1.600.000

Bagian Mekanik ( 1 karyawan x Rp 800.000 / 3200 Stel )

Rp 800.000

Bagian Sample ( 2 karyawan x Rp 800.000 / 3200 Stel )

Rp 1.600.000

Bagian Driver ( 1 karyawan x Rp 800.000 / 3200 Stel )

Rp 800.000

Bagian Gudang ( 3 karyawan x Rp 800.000 / 3200 Stel )

Rp 2.400.000

JUMLAH

Rp 17.900.000

Tabel 4.5.1

Biaya Penyusutan

Pertahun

Biaya Overhead Pabrik

Depresiasi per bulan

Jumlah Bulan

Jumlah ( Rp ) / Tahun

Biaya penyusutan komputer

Rp 125.000

12

Rp 1.500.000

Biaya penyusutan mesin jahit jarum

Rp 241.875

12

Rp 2.902.500

Biaya penyusutan mesin jahit jarum otm

Rp 1.114.935,2

12

Rp 13.379.222.4

Biaya penyusutan mesin lubang kancing

Rp 536.666,7

12

Rp 6.440.000.4

Biaya penyusutan mesin pasang kancing

Rp 465.000

12

Rp 5.580.000

Biaya penyusutan mesin obras

Rp 87.500

12

Rp 1.050.000

Biaya penyusutan mesin potong

Rp 54.166,7

12

Rp 650.000.4

Biaya penyusutan setrika steam

Rp 196.888,9

12

Rp 2.362.666.8

Jumlah

Rp 2.822.032,5

Rp 33.864.390

Tabel 4.5.2

Biaya Bahan Penolong

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Bahan Penolong

Jumlah ( Rp )

Resleting

Rp 1.600.000

Kancing

Rp 8.800.000

Kancing hak

Rp 2.800.000

Benang jahit

Rp 1.200.000

Benang obras

Rp 1.600.000

Label produksi

Rp 640.000

Klam untuk packing

Rp 880.000

Gunting

Rp 60.000

Jumlah

Rp 16.060.000

Tabel 4.5.3

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Jumlah ( Rp )

Bagian Mekanik ( 1 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) x 3 hari

Rp 80.000

Bagian Sample ( 2 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) x 1 hari

Rp 53.333,3

Jumlah

Rp 133.333,3

Tabel 4.13

Taksiran BOP per tahun

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Biaya Overhead Pabrik

Tarif

Biaya bahan penolong

Rp 16.060.000

Depresiasi mesin

Rp 33.846.390

Biaya listrik, air, dan telepon

Rp 2.480.000

BTKTL

Rp 133.333,3

Jumlah

Rp 52.537.732,3

Menurut teori dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik perunit adalah taksiran biaya overhead pabrik dibagi dengan kapasitas per tahun.

Rumus:

Tarif BOP per tahun = Taksiran BOP

Kapasitas perusahaan per tahun


Berdasarkan rumus diatas maka perhitungan BOP pertahun adalah:

Tarif BOP per tahun = Rp 52.537.723,3

22.223 jam mesin

= Rp. 2364.11

Tabel 4.6

Biaya Nonproduksi

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Biaya Nonproduksi

Jumlah ( Rp )

Bagian Keuangan dan Pembukuan

( 2 karyawan x Rp 1.000.000 / bln ) x 1 bln

Rp 2.000.000

Jumlah

Rp 2.000.000

Tabel 4.7

Perhitungan Harga Pokok Produksi

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Keterangan

Jumlah ( Rp )

Total BBB Rp 201.600.000

Total BTKL Rp 17.900.000

Total BOP Rp 52.537.723,3

Total harga pokok produksi pesanan

Rp 272.037.723.3

Laba yang dikehendaki = 20% x Rp 272.037.723.3

Rp 54.407.544.7

Harga Jual

Rp 326.445.268

Dengan demikian harga pesanan untuk pesanan 3.200 stel pakaian dinas harian (PDH) polisi pria adalah Rp 326.445.268.

Harga jual pakaian dinas harian (PDH) polisi pria per satuan menurut perhitungan perusahaan adalah sebagai berikut:

= Harga Jual

Kapasitas Pesanan

= Rp 326.445.268

3.200 unit

= Rp 102.014.14625 per satuan

4.5 Harga Pokok Pesanan Menurut Full Costing

Sedangkan menurut teori akuntansi dalam menentukan harga jual terhadap hasil produksi dengan metode Full Costing adalah sebagai berikut.

Tabel 4.8

Biaya Bahan Baku

Untuk 1 Stel PDH Polisi Pria

Biaya Bahan Baku

Jumlah ( Rp )

Bahan kain PR 6535 (1,25 m * 1) warna coklat muda

4.000 m @ Rp 22.000

Rp. 27.500

Bahan kain PR 6535 (1,50 m * 1) warna coklat tua

4.800 m @ Rp 22.000

Rp. 33.000

Bahan puring 800 m @ Rp 10.000

Rp. 10.000

Jumlah

Rp. 63.000

Tabel 4.9

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Untuk PDH Polisi Pria Per Unit

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Jumlah ( Rp )

Bagian Pemotongan

( 2 karyawan x Rp 950.000 / bln : 30 hari ) *6 hari /3200

Rp 118,75

Bagian Penjahitan

( 10 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) *7hari/3200

Rp 583,33

Jumlah

Rp 702,08

Tabel 4.10

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Jumlah ( Rp )

Bagian Mekanik ( 1 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) x 3 hari

Rp 80.000

Bagian Sample ( 2 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) x 1 hari

Rp 53.333,3

Jumlah

Rp 133.333,3

Tabel 4.11

Biaya Depresiasi

Per Unit PDH polisi

Per Tahun 2007

Jenis Biaya

Jumlah Unit

Dasar Pembebanan

Jumlah ( Rp )

Depresiasi Komputer

2 unit

585 jam mesin

Rp 11.965,81

Depresiasi Mesin Jahit Jarum

10 unit

585 jam mesin

Rp 20.512,82

Depresiasi Mesin Jahit Jarum Otm

10 unit

585 jam mesin

Rp 111.111,11

Depresiasi Mesin Lubang Kancing

3 unit

585 jam mesin

Rp 71.794,87

Depresiasi Mesin Pasang Kancing

3 unit

585 jam mesin

Rp 61.538,46

Depresiasi Mesin Obras

3 unit

585 jam mesin

Rp 7.948,72

Depresiasi Mesin Potong

2 unit

585 jam mesin

Rp 6.837,61

Depresiasi Setrika Steam

5 unit

585 jam mesin

Rp 15.145,3

Jumlah

38 unit

4.680 jam mesin

Rp 306.854,7

Keterangan :

· Untuk depresiasi komputer dengan harga perolehan Rp 7.000.000. Selama 1 hari penggunaan mesin 22,5 jam kerja dan terdapat jam istirahat selama 3 jam, maka perhitungan dasar pembebanan depresiasinya adalah ( 22,5 jam kerja – 3 jam istirahat ) = 19,5 jam kerja per hari x 30 hari = 585 jam kerja per bulan.

Maka perhitungan depresiasinya adalah Rp 7.000.000 / 585 jam = Rp 11.965,81

· Untuk depresiasi mesin jahit jarum dengan harga perolehan Rp 12.000.000. Selama 1 hari penggunaan mesin 22,5 jam kerja dan terdapat jam istirahat selama 3 jam, maka perhitungan dasar pembebanan depresiasinya adalah ( 22,5 jam kerja – 3 jam istirahat ) = 19,5 jam per hari x 30 hari = 585 jam kerja per bulan.

Maka perhitungan depresiasinya adalah Rp 12.000.000 / 585 jam = Rp 20.512,82

· Untuk depresiasi mesin jahit jarum otomatis dengan harga perolehan Rp 65.000.000. Selama 1 hari penggunaan mesin 22,5 jam kerja dan terdapat jam istirahat selama 3 jam, maka perhitungan dasar pembebanan depresiasinya adalah ( 22,5 jam kerja – 3 jam istirahat ) = 19,5 jam kerja per hari x 30 hari = 585 jam kerja per bulan.

Maka perhitungan depresiasinya adalah Rp 65.000.000 / 585 jam = Rp 111.111,11

· Untuk depresiasi mesin lubang kancing dengan harga perolehan Rp 42.000.000. Selama 1 hari penggunaan mesin 22,5 jam kerja dan terdapat jam istirahat selama 3 jam, maka perhitungan dasar pembebanan depresiasinya adalah ( 22,5 jam kerja – 3 jam istirahat ) = 19,5 jam kerja x 30 hari = 585 jam kerja per bulan.

Maka perhitungan depresiasinya adalah Rp 42.000.000 / 585 jam = Rp 71.794,87

· Untuk depresiasi mesin pasang kancing dengan harga perolehan Rp 36.000.000. Selama 1 hari penggunaan mesin 22,5 jam kerja dan terdapat jam istirahat selama 3 jam, maka perhitungan dasar pembebanan depresiasinya adalah ( 22,5 jam kerja – 3 jam istirahat ) = 19,5 jam kerja x 30 hari = 585 jam kerja per bulan.

Maka perhitungan depresiasinya adalah Rp 36.000.000 / 585 jam = Rp 61.538,46

· Untuk depresiasi mesin obras dengan harga perolehan Rp 4.650.000. Selama 1 hari penggunaan mesin 22,5 jam kerja dan terdapat jam istirahat selama 3 jam, maka perhitungan dasar pembebanan depresiasinya adalah ( 22,5 jam kerja – 3 jam istirahat ) = 19,5 jam kerja x 30 hari = 585 jam kerja per bulan.

Maka perhitungan depresiasinya adalah Rp 4.650.000 / 585 jam = Rp 7.948,72

· Untuk perhitungan depresiasi mesin potong dengan harga perolehan Rp 4.000.000. Selam 1 hari penggunaan jam mesin 22,5 jam kerja dan terdapat jam istirahat selama 3 jam, maka perhitungan dasar pembebanan depresiasinya adalah ( 22,5 jam kerja – 3 jam istirahat ) = 19,5 jam kerja x 30 hari = 585 jam kerja per bulan.

Maka perhitungan depresiasinya adalah Rp 4.000.000 / 585 jam = Rp 6.837,61

· Untuk perhitungan depresiasi setrika steam dengan harga perolehan Rp 8.860.000. Selama 1 hari penggunaan 22,5 jam kerja dan terdapat jam istirahat selama 3 jam, maka perhitungan dasar pembebanan depresiasinya adalah ( 22,5 jam kerja – 3 jam istirahat ) = 19,5 jam kerja x 30 hari = 585 jam kerja per bulan.

Maka perhitungan depresiasinya adalah Rp 8.860.000 / 585 jam = Rp 15.145,3

Tarif Biaya Overhead Pabrik:

Menurut teori dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik adalah taksiran biaya overhead pabrik per bulan dibagi dengan dasar pembebanan ( jam mesin ).

Rumus:

Tarif BOP = Taksiran BOP / bln

Dasar Pembebanan / tahun ( Jam mesin )


Tabel 4.12

Biaya Bahan Penolong

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Bahan Penolong

Jumlah ( Rp )

Resleting

Rp 1.600.000

Kancing

Rp 8.800.000

Kancing hak

Rp 2.800.000

Benang jahit

Rp 1.200.000

Benang obras

Rp 1.600.000

Label produksi

Rp 640.000

Klam untuk packing

Rp 880.000

Gunting

Rp 60.000

Jumlah

Rp 16.060.000

Tabel 4.13

Anggaran BOP UD.Bintang Maharani

Atas Dasar Kapasitas Normal Jam Mesin 22.230

Tahun 2007

Biaya Overhead Pabrik

Tarif

Biaya bahan penolong

Rp 16.060.000

Depresiasi mesin

Rp 306.854,7

Biaya listrik, air, dan telepon

Rp 2.480.000

BTKTL

Rp 133.333,3

Jumlah

Rp 18.980.188

Perhitungan Tarif BOP:

Tarif BOP = Rp 18.980.188

22.230 Jam Mesin

= Rp 853,81 per jam mesin

BOP Produk = Tarif BOP x Output Aktivitas Aktual

= Rp 853,81 x 4.680 jam mesin

= Rp 3.995.830,8

Tabel 4.14

Perhitungan Biaya Produksi

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Keterangan

Jumlah ( Rp )

Total BBB (Tabel 4.8) Rp 201.600.000

Total BTKL (Tabel 4.9) Rp 2.246.666,7

Total BOP Rp 3.995.830,8 +

Total Biaya Produksi

Rp 207.842.497,5

Total biaya produksi diatas merupakan harga pokok produksi pesanan untuk 3.200 PDH polisi pria, maka harga per unitnya adalah

Total biaya produksi = Rp 207.842.497,5

Jumlah unit 3.200 unit

= Rp 64.950,78047 / unit

4.6 Perhitungan Harga Jual Menurut Metode Cost-Plus Pricing dengan Pendekatan Full Costing

UD. Bintang Maharani sudah menentukan harga jual pada pesanan pakaian dinas harian (PDH) polisi pria, maka penulis hanya ingin membantu perusahaan mencari alternatif penentuan harga jualnya agar dapat bersaing dipasaran. Yaitu dengan menggunakan metode Cost-Plus Pricing dengan pendekatan konsep biaya jumlah biaya sebagai berikut:

Tabel 4.15

Biaya Nonproduksi

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Biaya Nonproduksi

Jumlah ( Rp )

Bagian Finishing / Packing ( 2 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) x 7 hari

Rp 373.333,3

Bagian Driver ( 1 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) x 7 hari

Rp 186.666,7

Bagian Keuangan ( 2 karyawan x Rp 1.200.000 / bln : 30 hari ) x 7 hari

Rp 560.000

Bagian Gudang ( 3 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) x 7 hari

Rp 560.000

Bagian Administrasi ( 1 karyawan x Rp 800.000 / bln : 30 hari ) x 7 hari

Rp 186.666,7

Jumlah

Rp 1.866.666,7

Perhitungan Mark-Up:

Total Biaya Produksi = Rp 207.842.497,5

Total Biaya Nonproduksi = Rp 1.866.666,7 +

Total Harga Pokok Produksi Pesanan = Rp 209.709.164,2

Laba yang dikehendaki ( 20% x Rp 209.709.164,2 ) = Rp 41.941.832,84

Konsep biaya jumlah biaya

Presentase Mark-Up = Laba yang dikehendaki

Jumlah biaya

= Rp 41.941.832,84 x 100 % = 20%

Rp 209.709.164,2

Perhitungan Harga Jual:

Total Harga Pokok Produksi Pesanan Rp 209.709.164,2

Mark-Up ( 20% x Rp 209.709.164,2 ) Rp 41.941.832,84 +

Total Harga Jual Rp 251.650.997,04

Kapasitas produksi : 3.200 stel pakaian dinas harian (PDH) polisi pria

Harga jual pakaian dinas harian (PDH) polisi pria per satuan dengan metode Cost-Plus Pricing

= Rp 251.650.997,04

3.200 unit

= Rp 78.640,94 per satuan

Dengan demikian harga jual untuk pesanan pakaian dinas harian (PDH) polisi pria didalam memproduksi 3.200 stel adalah Rp 251.650.997,04 dengan harga satuan per pcs pakaian Rp 78.640,94.

4.7 Analisis Perhitungan

Tabel 4.16

Analisis Perhitungan

Untuk 3.200 Stel PDH Polisi Pria

Keterangan

Perhitungan Perusahaan

Perhitungan Penulis

Selisih

Harga pokok produksi pesanan

Rp 272.037.723,3

Rp 209.709.164,2

Rp 62.328.559,1

Laba yang dibebankan (20 %)

Rp 54.407.544,7

Rp 41.941.832,84

Rp 12.465.711,86

Harga jual yang dibebankan

Rp 326.445.268

Rp 251.650.997,04

Rp 74.794.270,96

Harga jual produk / unit

Rp 102.014,14

Rp 78.640,94

Rp 23.373,2

Pada perhitungan perusahaan, harga jual per satuan pakaian dinas harian (PDH) polisi pria sebesar 102.014,14 sedangkan pada perhitungan penulis menurut metode Full Costing harga jual per satuan pakaian dinas harian (PDH) polisi pria sebesar Rp 78.640,94 terdapat selisih sebesar Rp 23.373,2. Ini berarti menjadikan harga jual 20 % lebih besar dari harga pokok produksi. Pada harga pokok produksi pesanan terjadi selisih yang signifikan sebesar Rp 62.328.559,1 dan terjadi selisih harga jual perunit sebesar Rp 23.373,2.

Selisih ini terjadi karena ada beberapa komponen yang tidak dimasukkan sebagai elemen produksi, yaitu tidak memperhatikan unsur bahan penolong pada perhitungan BOP. Selain itu cara perhitungan BTKL dan biaya nonproduksi pada perusahaan adalah jumlah karyawan dikalikan dengan upah per bulan kemudian dikalikan dengan 1 bulan. Sedangkan pada perhitungan penulis, BTKL, BTKTL, dan biaya nonproduksi cara perhitungannya adalah jumlah karyawan dikalikan dengan upah karyawan dibagi dengan jumlah hari pada bulan April kemudian dikalikan dengan jumlah hari selesainya masing-masing bagian produksi.

Perhitungan menurut perusahaan ternyata harga jualnya lebih tinggi dan lebih menguntungkan daripada menggunakan perhitungan menurut Full Costing. Perhitungan perusahaan dapat lebih tinggi sebesar Rp 74.794.270,96 dari perhitungan penulis.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari bahasan yang penulis kemukakan, hasil perhitungan perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan penulis yang menggunakan metode Full Costing. Yaitu terjadi selisih harga pokok produksi pesanan yang signifikan sebesar Rp 62.328.559,1 Didapat dilihat di Table 4.16 yaitu Harga pokok pesanan perusahaan senilai Rp 272.037.723,3 dikurangi perhitungan penulis sebesar Rp 209.709.164,2. Dan Hasil perhitungan penulis dan perusahaan dengan menggunakan metode cost plus pricing yaitu : Rp 41.941.832,84 dan Rp 54.407.544,7 [Harga jual = Taksiran biaya penuh + Persentase Mark-Up].

Selisih ini terjadi karena metode perhitungan perusahaan tidak akurat, yaitu menjadikan biaya penyusutan pertahun sehingga menambah total harga pokok pesanan pada perusahaan. Sedangkan pada perhitungan penulis menjadikan biaya penyusutan berdasarkan jam mesin. Selain itu perbedaan perhitungan BTKL dan biaya nonproduksi pada perusahaan dengan perhitungan BTKL, BTKTL, dan biaya nonproduksi pada penulis.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini, maka bagi UD. Bintang Maharani lebih baik jika dalam penentuan harga pokok produksi pesanan menggunakan metode Full Costing. Walaupun harga jual menjadi lebih rendah, tetapi masih dalam tahap yang wajar dan perusahaan masih dapat bersaing dalam memasarkan produknya karena didasarkan pada perhitungan semua unsur biaya yang terjadi dalam proses pembuatan produk.


DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K., Milton F. Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Buku 1 - Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat

Cashin James A., Polimeni Ralph S. 1986. Akuntansi Biaya. Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen. Edisi Jakarta: Salemba Empat.

Harnanto. 1992. Harga Pokok Pesanan. Yogyakarta: BPFE.

Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: Aditya Media.

Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media.

Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: STIE YKPN

Subiyanto, Ibnu . 1993. Akuntansi Biaya. Jakarta Gunadarma

Widjajatunggal, Amin, Ak. MBA. Akuntansi Biaya. Jakarta: Rineka Cipta.